Minggu, 03 November 2019

Pemeriksaan Retak pada Material

Pemeriksaan Retak pada Material - Untuk menjaga kualitas produk agar sesuai dengan standar yang ditetapkan harus dilakukan pemeriksaan suatu hasil atau produk. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap suatu produk diantaranya berupa pemeriksaan bentuk, cacat, dsb. Metode uji tanpa rusak (Non Destructive Test) dapat digunakan untuk pemeriksaan cacat suatu material. Pengujian logam yang dilakukan tanpa merusaknya dapat dilakukan menggunakan metode penetran cair, magnetik partikel, ultrasonik dan sebagainya.

Pemeriksaan Retak pada Material

Metode penetran cair digunakan untuk mendeteksi cacat permukaan seperti retak, porositas, laminasi, dan cacat-cacat yang lain karena proses welding, forging, manufaktur dsb. Prinsip kerjanya adalah fenomena kapilaritas. Karena fenomena inilah memungkinkan cairan yang tertinggal dalam lubang yang sempit tertarik dan muncul ke permukaan. 

Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan tertua, luas penggunaannya dan merupakan uji tanpa merusak. Beberapa peralatan yang dipakai adalah bahan penetran, cleaner, developer dan kain atau majun. Pertama - tama kita harus melakukan proses precleaning yang merupakan pembersihan awal material yang bertujuan untuk membersihkan partikel seperti debu, cat, kerak dsb yang menutupi benda uji.

Beberapa bahan yang direkomendasikan untuk melakukan precleaning seperti detergen, solvent, uap air dan bahan pelarut lainnya. Setelah material tersebut kering dari cairan pembersih, langkah selanjutnya adalah melakukan aplikasi penetran dengan menyemprotkan pada area material yang disinyalir adanya retak. Setelah itu dibiarkan beberapa menit sampai cairan penetran masuk ke celah retak tersebut. Waktu tunggunya sekitar 5 sampai 30 menit. 

Setelah dwell time terpenuhi maka pembersihan penetran berlebih yang tidak masuk ke celah cacat dilakukan. Proses pembersihan dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan air, emulsifier, atau solvent. Setelah pembersihan penetran permukaan objek uji perlu dikeringkan terutama jika menggunakan developer bubuk kering. Pengeringan berlebih dapat merugikan karena penetran dalam celah retak menjadi kering dan sulit untuk tertarik keluar. 

Pengeringan untuk air dan emulsifier dilakukan dengan ditiriskan secara natural, dilap dengan kain bersih, dan dianginkan menggunakan blower. Sedangkan pengeringan solvent biasanya dilap dengan kain bersih yang kering dan dikeringkan secara natural dan ketika developer digunakan pada benda uji maka permukaannya harus kering dan tidak lengket serta menggumpal. 

Developer harus berwarna terang dan kontras dengan penetran untuk memudahkan pengamatan. Developer sendiri digunakan dengan beberapa cara seperti halnya dibenamkan (Dipping), soft bush, Hand powder bulb dan sebagainya. Dwell time developer merupakan waktu yang diperlukan untuk development, mulai dari pemberian developer sampai dibolehkan untuk evaluasi.

Tahap interpretasi dilakukan apabila dwell time developer telah terpenuhi dengan mengamati bentuk, ukuran dan lokasi indikasi dimana bila indikasi cacat terlihat berwarna merah tua, maka indikasi telah benar dan tidak ada kesalahan dalam pemberian developer.

Sebaliknya apabila warna background tidak ada dengan indikasinya berwarna merah muda, maka hal ini mengindikasikan terjadinya over wash atau developer terlalu tebal. Setelah obyek uji selesai diperiksa, maka permukaannya harus dibersihkan untuk menghindari korosi yang disebabkan oleh sisa cairan penetran dan developer. 

Pemeriksaan Retak pada Material

Metode dan teknik yang digunakan yaitu dilap dengan kain yang dibasahi air untuk penetran waterwashable, atau lap kain yang dibasahi solvent. Pemeriksa Mutu Beton Pada Struktur Dengan Metode Pengujian Yang Bersifat Merusak Dan Pengujian Yang Tidak Bersifat Merusak

Bila konstruksi beton bertulang dalam suatu tahap pembangunan, ditemukan kecurigaan bahwa mutu betonnya kemungkinan tidak memenuhi persyaratan, maka perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengecek kebenarannya. 

Semua kegiatan pemeriksaan mutu beton terutama kuat tekannya adalah untuk mendukung proses diagnosis dan evaluasi guna menentukan kekuatan dan keamanan dari struktur.

Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap kekuatan suatu struktur beton, baik yang mengalami deteriorasi maupun yang tidak, maka pertama-tama diperlukan data kekuatan dari bahan betonnya sendiri. Untuk memeriksa mutu beton pada struktur yang sudah eksis dapat dilakukan dengan melakukan pengujian.

Pada suatu bangunan gedung pasca kebakaran atau struktur dermaga yang mengalami korosi, maka perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui tingkat degradasi mutu betonnya. 

Demikian juga terhadap struktur beton yang akan berubah fungsi, maka untuk melakukan perhitungan dan evaluasi respon struktur terhadap beban baru yang timbul diperlukan data mutu betonnya.

Secara garis besar terdapat dua jenis pengujian yang dapat digunakan untuk memeriksa mutu beton, yaitu pengujian yang bersifat merusak dan pengujian yang tidak bersifat merusak. Termasuk pengujian yang bersifat merusak adalah uji tekan terhadap contoh yang diambil dari struktur melalui core drilling. 

Dengan uji tekan terhadap sampel beton yang diambil dari struktur ini, kekuatan beton akan langsung diketahui, sehingga metode uji ini merupakan metode yang paling akurat untuk memeriksa kekuatan beton pada struktur yang sudah eksis.

0 komentar:

Posting Komentar